About Chemistry, Environment, Waste Management and Green Life Inspirations

31 August 2009

Mengubah Paradigma Ekonomi Migas

Bahan bakar yang diperoleh dengan proses BioForming

Bahan bakar yang diperoleh dengan proses BioForming

Salah satu pekerjaan yang pernah dilakukan Lee Edwards selama 25 tahun karirnya di British Petroleum (BP) adalah memimpin usaha raksasa energi tersebut membuat imej baru. Sekarang, sebagai CEO dari Virent Energy System, perusahaan biofuel yang telah berdiri selama 7 tahun di Madison, Wisconsin, dia telah bergerak jauh melampaui petroleum. Dengan proses eksklusif yang dinamakan BioForming, Virent mengklaim proses tersebut dapat mengkonversi gula dari jagung, switchgrass, dan tanaman pangan lainnya menjadi bahan bakar dengan densitas energi yang lebih tinggi daripada etanol.

Di samping resesi yang menimpa Amerika Serikat dan sejumlah negara di dunia, uang nampaknya terus mengalir bagi Virent. Venture capital diakui Edwards tetap berkembang, hanya lebih selektif. Kebanyakan investor mencari peningkatan teknologi yang telah dapat dibuktikan — proyek angin, solar, sejumlah akticitas berbahan bakar gas. Sejauh ini, perusahaan telah meraih 70 juta dolar dan banyak investor, termasuk Honda (HMC) dan Cargill. Perusahaan ini juga telah melakukan kontrak kolaborasi partnership dengan raksasa minyak Shell (RDSA).

Teknologi BioFarming bekerja dengan prinsip sederhana. Air gula masuk dan bergerak melalui sejumlah reaktor berkatalis, yang akan merengkah molekul-molekul gula dan mereaksikannya dengan bantuan katalis sehingga ada rekombinasi. Reaksi tersbut berlangsung kontinyu dan self-sustaining. Bahan bakar dari gula dengan proses reaksi berkatalis adalah suatu hasil dari proses kimia yang unik. Reaksi katalitik dari pemutusan ikatan gula dan kemudian merekombinasikannya menghasilkan energi lebih besar daripada yang dibutuhkan untuk melangsungkan suatu proses yang berkelanjutan. Hal ini berbeda dengan etanol, yang membutuhkan energi yang sangat besar untuk melakukan pemisahan final terhadap air.

Edwards berharap, pada tahun 2020, industri biofuel dapat menggantikan 15-20 persen bahan bakar dari fosil. Namun, ia juga mengatakan bahwa hal tersebut akan bergantung pada batas-batas tertentu, tergantung pada sifat biofuel itu sendiri. Jika biofuel hanya difokuskan pada etanol, angka tersebut menurutnya tidak akan bisa tercapai.

Perkembangan biofuel menurut Edwards memiliki masa depan yang cemerlang, hal ini didorong oleh beberapa faktor pendukung. Pertama adalah kebutuhan mendesak terhadap teknologi untuk mengkonversikan biomassa menjadi bahan bakan akan membuktikan harga yang kompetitif dengan minyak mentah. Kedua, dunia akan meminta alternatif terbarukan karena dampak karbon yang dihasilkan minyak mentah. Selain itu akan ada penyeimbangan kembali sekuritas energi dan lapangan pekerjaan yang banyak membantu distribusi feedstock.

Faktor-faktor tersebut menurutnya berarti bahwa dunia akan memiliki teknologi yang lebih baik dan dengan harga yang lebih kompetitif. Akan ada nilai tertentu dalam pasar pada waktu dampak karbon dari minyak mentah betul-betul dirasakan, yang akan menyeimbangkan persaingan. Dari segi kebijakan, masyarakat menginginkan kontrol yang lebih pada nasih energi dan biomassa adalah salah satu caranya.

Namun demikian, ada hal-hal yang masih menjadi kendala untuk mempercepat perkembangan bahan bakar terbarukan. Beberapa teknologi yang paling menjanjikan masih dalam tahap penelitian skala pilot atau laboratorium. Teknologi-teknologi ini masih harus dibuktikan kompetitivitasnya terhadap besar produksi dan biaya. Kemudian masih ada pekerjaan pada seluruh bagian upstream dari rantai value. Pada upstream minyak (fosil), proses yang dilakukan adalah drilling, mempompakan minyak, kemudian membawa minyak tersebut dengan tanker ke pemurnian minyak. Diperlukan rantai value yang sama sekali baru dalam hal logistik biomassa.

Perusahaan-perusahaan minyak besar juga tengah mengembangkan program energi alternatif. Namun, menurut Edwards, perusahaan-perusahaan tersebut sangat dipengaruhi oleh teori manajemen cash-flow dan portofolio capital-investment. Mereka tertarik, kemudian mundur, kemudian masuk lagi ke dalam program energi alternatif. Volatilitas dari manejemen cash-flow tersebut, mengingat mereka menginvestasikan milyaran dolar per tahunnya pada proyek upstream (minyak dan gas), dianggapnya bukan cara terbaik untuk mengkomersialisasikan energi.

Harga minyak pada tahun-tahun belakangan sangat tak bisa diprediksi. Jauh lebih mudah bagi industri biofuel untuk mendapatkan keuntungan saat minyak mentah berharga 140 dolar per barel daripada saat harganya menurun drastis menjadi 40 dolar. Hal yang sedang diupayakan industri biofuel ini adalah mengatakan: Anda tahu, kami ingin memutus hubungan dengan komuditas bernama minyak mentah dan membangun suatu komuditas baru bernama energi dari biomassa. Jika minyak mentah tetap pada 40 dolar selamanya, teknologi-teknologi biofuel ini hanya akan berhasil dengan kebijakan-kebijakan signifikan yang dipengaruhi oleh penyediaan lapangan pekerjaan, sekuritas energi, dan upaya-upaya untuk melestarikan lingkungan. Edwards mengatakan, yang perlu dipahami mengenai industri biofuel ini adalah pihaknya berusaha mengubah ekonomi yang dipengaruhi oleh minyak mentah menjadi ekonomi yang dipengaruhi oleh biomassa.

Sumber: http://money.cnn.com/2009/07/23/news/companies/biomass_alternative_energy.fortune/index.htm

30 August 2009

Kontroversi Lagu Terang Bulan Vs Negaraku (Malaysia)

Disinyalir lagu Asli Indonesia "Terang Bulan" dibajak, menjadi lagu Kebangsaan Malaysia "Negaraku"





Kalau lagu Terang Bulan (versi dangdut) di bawah ini sudah dibajak atau di diklaim Malaysia belum ya...???

27 August 2009

Membran Teknologi untuk Dewatering ethanol


CO2 siklus bahan bakar flex

Autoblog Green menunjukkan grafik yang menekankan cellulosic vaporware cellulosic ethanol sebagai pilihan terbaik untuk bahan bakar alternatif. Another story soon passed along more Syngas Spin (see above graphic) that fits nicely with previous Saab Bio-Power Ballyhoo . Cerita lain segera berlalu bersama lebih Syngas Spin (lihat di atas grafik) yang sesuai baik dengan Saab sebelumnya Bio-Power baliho.

To their credit, they later published a sun to wheels analysis by a Michigan student that concludes with the question, “Why are we trying to grow our energy when we can harvest it directly from the sun?” Untuk kredit mereka, mereka kemudian menerbitkan matahari untuk roda Michigan analisis oleh seorang mahasiswa yang diakhiri dengan pertanyaan, "Mengapa kita mencoba untuk mengembangkan energi ketika kita bisa panen secara langsung dari matahari?"
Matahari untuk Roda, ethanol v PV 1 1

In commenting on a home state project, this blog previously noted that the economic value of unsubsidized, cellulosic ethanol remains to be validated . Dalam mengomentari proyek negara rumah, blog ini sebelumnya mencatat bahwa nilai ekonomi disubsidi, cellulosic ethanol masih harus divalidasi. Given that burning biomass for energy is more efficient , are the considerable, federal, state and private efforts to develop ethanol as an misdirected? Mengingat bahwa pembakaran biomas untuk energi lebih efisien, adalah cukup, federal, negara dan usaha swasta untuk mengembangkan etanol sebagai salah arah? Not entirely. Tidak sepenuhnya.

This blog recently reiterated advantages to an Ethanol Boosting System and repeatedly acknowledged the possibly role of ethanol to fuel the range extender in series hybrid vehicles. Blog ini baru-baru ini menegaskan kembali keuntungan ke Boosting ethanol Sistem dan berulang kali mengakui peran mungkin untuk bahan bakar etanol extender rentang hibrida seri kendaraan.

Ilustrasi sebuah membran Vaperma Siftek
“Vaperma Siftek™ membranes are made of polymers, which are extruded into thousands of hollow fibers using a wet/dry-phase, inversion-spinning process. "Siftek ™ Vaperma membran terbuat dari polimer, yang dicetak dalam ribuan serat berongga menggunakan basah / kering-fase, inversi-proses pemintalan. A typical membrane module contains thousands of fibers that are embedded into a thermoset resin that is permanently bonded to a fixture ring seal to form a removable cartridge that is inserted into a pressure vessel.” Modul membran yang biasa berisi ribuan serat yang tertanam ke dalam termoset resin yang secara permanen terikat pada cincin meterai perlengkapan untuk membentuk removable cartridge yang dimasukkan ke dalam bejana tekanan. "

The Energy Blog 2 reports on one such approach to potentially lower cost of ethanol production. Energi Blog 2 laporan di salah satu pendekatan tersebut berpotensi penghematan biaya produksi etanol. “GreenField Ethanol and Vaperma announced they have completed a successful trial demonstration of new technology to save 40% of the energy costs of the ethanol production processs by using Verpanas new membranes to seperate water from an alcohol-water mixture.” "Greenfield Etanol dan Vaperma mengumumkan mereka telah menyelesaikan percobaan yang sukses demonstrasi teknologi baru untuk menghemat 40% dari biaya energi dari processs produksi etanol dengan menggunakan membran baru Verpanas untuk memisahkan air dari campuran alkohol-air."

The process yields a 99 per cent fuel-grade ethanol product that “will dramatically improve the ethanol production process” for GreenField Ethanol, Canada's largest ethanol producer. Proses menghasilkan 99 persen etanol grade bahan bakar-produk yang "akan secara dramatis meningkatkan proses produksi etanol" untuk Greenfield Etanol, etanol terbesar di Kanada produser. According to Toronto Star reporter Tyler Hamilton , GreenField Ethanol and Vaperma believe that they proved the viability of membrane technology for dewatering ethanol with their first large-scale demonstration in North America. Menurut wartawan Toronto Star Tyler Hamilton, Greenfield Vaperma ethanol dan percaya bahwa mereka membuktikan kelangsungan hidup teknologi membran untuk dewatering etanol dengan skala besar pertama demonstrasi di Amerika Utara. “A technology to watch,” observes the erstwhile Canadian, “as it could have farther reaching impact throughout the ethanol and biofuels markets.” "Sebuah teknologi untuk menonton," mengamati bekas Kanada, "seperti itu bisa mencapai lebih jauh dampak seluruh pasar etanol dan biofuel."

By replacing the distillation column and the molecular sieve used in a conventional ethanol plant, membrane based technology offers an alternative to the “dewatering” of ethanol and natural gas and the removal of CO2. Dengan mengganti kolom penyulingan dan saringan molekuler yang digunakan dalam pabrik etanol konvensional, teknologi berbasis membran menawarkan alternatif dari "dewatering" dari etanol dan gas alam dan penghilangan CO2.

No liquid effluent waste is generated. Tidak ada efluen limbah cair yang dihasilkan. The resulting permeate is essentially a stream of water that can be recycled to the front end of the ethanol plant, hence reducing the amount of make-up water. Menyerap yang dihasilkan pada dasarnya adalah sebuah aliran air yang dapat didaur ulang ke ujung depan pabrik etanol, sehingga mengurangi jumlah air make-up. Less fossil fuel energy consumed means less GHG generated. Kurang konsumsi energi bahan bakar fosil berarti lebih sedikit gas rumah kaca yang dihasilkan.

Toyota Prius Dikonversi ke Plug-in Hybrid menggunakan LTC lithium battery pack besi fosfat
Got Grid? Got Grid?

Thus, such efforts at improving production of ethanol and lowering the cost are commendable. Dengan demikian, upaya-upaya untuk meningkatkan produksi etanol dan menurunkan biaya yang terpuji. There certainly is a need for the alcohol fuel to be cheaper than the gasoline. Pasti ada suatu kebutuhan untuk bahan bakar alkohol lebih murah daripada bensin. With the potential advent of peak oil, ethanol could become the primary fuel, with gasoline or some similar combustible fuel (eg, hydrogen) injected when better starting is needed. Dengan munculnya potensi puncak minyak, etanol bisa menjadi bahan bakar utama, dengan bensin atau sejenis bahan bakar yang mudah terbakar (misalnya, hidrogen) disuntikkan ketika lebih baik mulai diperlukan. The advantage is the potential improvement in the emissions profile (depending upon how the ethanol is produced); the disadvantage to such a suggestion is the lower energy value of ethanol. Keuntungan adalah peningkatan potensi dalam profil emisi (tergantung bagaimana etanol diproduksi); yang merugikan seperti saran adalah nilai energi lebih rendah etanol.

As previously asked, “Isn't the point to lower gasoline usage as much as possible?” One answer to the rhetorical question is, “Yes, insofar as other such processes reduce green house gases, are fair to those effected and can fit efficiently within the existing infrastructure.” Treehugger 3 , in noting that renowned physicist, ecologist, seed activist and eco-feminist, Vandana Shiva made some interesting comments about biofuels at the Barcelona conference, observes that biofuels obviously are not going to be a solution unless properly managed. Seperti sebelumnya bertanya, "Bukankah titik untuk menurunkan penggunaan bensin sebanyak mungkin?" Satu jawaban atas pertanyaan retoris, "Ya, sejauh proses tersebut lain mengurangi emisi gas rumah kaca, yang adil kepada mereka yang dilakukan dan dapat ditampung secara efisien dalam infrastruktur yang sudah ada. "Treehugger 3, dalam mencatat bahwa ahli fisika terkenal, ekologi, benih aktivis dan eko-feminis, Vandana Shiva membuat beberapa komentar menarik tentang biofuel di konferensi Barcelona, mengamati bahwa biofuel jelas tidak akan menjadi solusi kecuali dengan benar dikelola.

  1. 1 ABG reader essay on cellulosic ethanol vs. solar 1 ABG pembaca esai tentang cellulosic ethanol vs solar
  2. 2 Important Lower Cost Technology Demonstrated for Ethanol Production 2 Penting Lower Menunjukkan Biaya Teknologi untuk Produksi Etanol
  3. 3 The Big, the Bad and the Biofuels 3 The Big, yang Buruk dan Biofuels
Other AG Posts Possibly Related AG lain Possibly Related Posts

26 August 2009

Ethanol Purification

Teknologi Membran

Teknologi membran telah menjadi topik hangat dalam beberapa tahun terakhir ini. Hal itu mungkin dipicu fakta bahwa pemisahan dengan membran memiliki banyak keunggulan yang tidak dimiliki metode-metode pemisahan lainnya. Keunggulan tersebut yaitu pemisahan dengan membran tidak membutuhkan zat kimia tambahan dan juga kebutuhan energinya sangat minimum. Membran dapat bertindak sebagai filter yang sangat spesifik. Hanya molekul-molekul dengan ukuran tertentu saja yang bisa melewati membran sedangkan sisanya akan tertahan di permukaan membran. Selain keunggulan-keunggulan yang telah disebutkan, teknologi membran ini sederhana, praktis, dan mudah dilakukan.
Definisi

Membrane separation yaitu suatu teknik pemisahan campuran 2 atau lebih komponen tanpa menggunakan panas. Komponen-komponen akan terpisah berdasarkan ukuran dan bentuknya, dengan bantuan tekanan dan selaput semi-permeable. Hasil pemisahan berupa retentate (bagian dari campuran yang tidak melewati membran) dan permeate (bagian dari campuran yang melewati membran). 
Struktur Membran

Berdasarkan jenis pemisahan dan strukturnya, membran dapat dibagi menjadi 3 kategori:
 
Membran. Sweep (berupa cairan atau gas) digunakan untuk membawa permeate hasil pemisahan.
Porous membrane. Pemisahan berdasarkan atas ukuran partikel dari zat-zat yang akan dipisahkan. Hanya partikel dengan ukuran tertentu yang dapat melewati membran sedangkan sisanya akan tertahan. Berdasarkan klasifikasi dari IUPAC, pori dapat dikelompokkan menjadi macropores (>50nm), mesopores (2-50nm), dan micropores (<2nm). Porous membrane digunakan pada microfiltration dan ultrafiltration.
Non-porous membrane. Dapat digunakan untuk memisahkan molekul dengan ukuran yang sama, baik gas maupun cairan. Pada non-porous membrane, tidak terdapat pori seperti halnya porous membrane. Perpindahan molekul terjadi melalui mekanisme difusi. Jadi, molekul terlarut di dalam membran, baru kemudian berdifusi melewati membran tersebut.
Carrier membrane. Pada carriers membrane, perpindahan terjadi dengan bantuan carrier molecule yang mentransportasikan komponen yang diinginkan untuk melewati membran. Carrier molecule memiliki afinitas yang spesifik terhadap salah satu komponen sehingga pemisahan dengan selektifitas yang tinggi dapat dicapai.
Reverse Osmosis

Salah satu teknologi membran yang banyak digunakan saat ini yaitu reverse osmosis (RO). Proses ini merupakan kebalikan dari osmosis. Pada osmosis, pelarut berpindah dari daerah berkonsentrasi rendah (hipotonik) ke daerah berkonsentrasi tinggi (hipertonik) sehingga konsentrasi di kedua daerah menjadi berimbang. Proses ini terjadi secara alami sehingga tidak membutuhkan energi. Contoh osmosis yang terjadi di alam yaitu penyerapan air oleh akar tanaman. Berbeda dengan osmosis, RO terjadi dengan arah yang berlawanan yaitu dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Untuk melawan gradien konsentrasi, dibutuhkan energi eksternal berupa tekanan.
Keunggulan dan Aplikasi Reverse Osmosis

Menurut Ir. Teuku Zulkarnain, MT, kandidat doktor teknik lingkungan Institut Teknologi Bandung, Keunggulan RO yang paling superior dibandingkan metode-metode pemisahan lainnya yaitu kemampuan dalam memisahkan zat-zat dengan berat molekul rendah seperti garam anorganik atau molekul organik kecil seperti glukosa dan sukrosa. Keunggulan lain dari RO ini yaitu tidak membutuhkan zat kimia, dapat dioperasikan pada suhu kamar, dan adanya penghalang absolut terhadap aliran kontaminan, yaitu membran itu sendiri. Selain itu, ukuran penyaringannya yang mendekati pikometer, juga mampu memisahkan virus dan bakteri.

Teknologi RO cocok digunakan dalam pemurnian air minum dan air buangan. Di bidang industri, teknologi RO dapat digunakan untuk memurnikan air umpan boiler. Selain itu, Karena kemampuannya dalam memisahkan garam-garaman, teknologi reverse osmosis cocok digunakan dalam pengolahan air laut menjadi air tawar (desalinasi). Pengolahan ini terdiri dari beberapa tahap:
Pre-treatment untuk memisahkan padatan-padatan yang terbawa oleh umpan. Padatan-padatan tersebut jika terakumulasi pada permukaan membran dapat menimbulkan fouling. Pada tahap ini pH dijaga antara 5,5-5,8. 
High pressure pump digunakan untuk memberi tekanan kepada umpan. Tekanan ini berfungsi sebagai driving force untuk melawan gradien konsentrasi. Umpan dipompa untuk melewati membran. Keluaran dari membran masih sangat korosif sehingga perlu diremineralisasi dengan cara ditambahkan kapur atau CO2. Penambahan kapur ini juga bertujuan menjaga pH pada kisaran 6,8-8,1 untuk memenuhi spesifikasi air minum.
Disinfection dilakukan dengan menggunakan radiasi sinar UV ataupun dengan cara klorinasi. Sebenarnya, penggunaan RO untuk desalinasi sudah cukup jitu untuk memisahkan virus dan bakteri yang terdapat dalam air. Namun, untuk memastikan air benar-benar aman (bebas virus dan bakteri), disinfection tetap dilakukan.


 
Sea Water Desalinantion: Concept Drawing of Membrane Distillation Sea Water Desalination.



Selain untuk desalinasi, RO juga digunakan dalam dialisis untuk proses cuci darah penderita penyakit ginjal. Ginjal berfungsi sebagai penyaring darah terhadap pengotor-pengotor hasil metabolisme tubuh seperti urea, yang kemudian dikeluarkan melalui urin. Mesin dialisis berfungsi sebagai “ginjal” tersebut. Darah dikeluarkan dari tubuh menuju mesin dialisis yang di dalamnya terdapat membran. Darah yang telah melewati membran dikembalikan lagi ke dalam tubuh.

Teknologi membran berkembang dengan sangat pesat. Dewasa ini, banyak membran dapat dioperasikan pada tekanan rendah sehingga memungkinkan dioprerasikan di rumah tinggal, tempat pengungsian, bahkan dapat digerakkan dengan genset berskala kecil. Selain itu, kemajuan dalam bidang material membran juga memungkinkan proses pemisahan menggunakan membran dapat dilakukan dengan lebih ekonomis.

Sumber: KOMPAS, Wikipedia

20 August 2009

How To Convert To Islam and Becomes A Moslem

The word “Muslim” means one who submits to the will of God, regardless of their race, nationality or ethnic background. Becoming a Muslim is a simple and easy process that requires no pre-requisites. One may convert alone in privacy, or he/she may do so in the presence of others.

If anyone has a real desire to be a Muslim and has full conviction and strong belief that Islam is the true religion of God, then, all one needs to do is pronounce the “Shahada”, the testimony of faith, without further delay. The “Shahada” is the first and most important of the five pillars of Islam.

With the pronunciation of this testimony, or “Shahada”, with sincere belief and conviction, one enters the fold of Islam.

Upon entering the fold of Islam purely for the Pleasure of God, all of one’s previous sins are forgiven, and one starts a new life of piety and righteousness. The Prophet said to a person who had placed the condition upon the Prophet in accepting Islam that God would forgive his sins:

“Do you not know that accepting Islam destroys all sins which come before it?” (Saheeh Muslim)

When one accepts Islam, they in essence repent from the ways and beliefs of their previous life. One need not to be overburdened by sins committed before their acceptance. The person’s record is clean, and it is as if he was just born from his mother’s womb. One should try as much as possible to keep his records clean and strive to do as many good deeds as possible.

The Holy Quran and Hadeeth (prophetic sayings) both stress the importance of following Islam. God states:

“...The only religion in the sight of God is Islam...” (Quran 3:19)

In another verse of the Holy Quran, God states:

“If anyone desires a religion other than Islam, never will it be accepted of him; and in the Hereafter, he will be in the ranks of those who have lost (their selves in the Hellfire).” (Quran 3:85)

In another saying, Muhammad, the Prophet of God, said:

“Whoever testifies that there in none worthy of being worshipped but God, Who has no partner, and that Muhammad is His slave and Prophet, and that Jesus is the Slave of God, His Prophet, and His word[1] which He bestowed in Mary and a spirit created from Him; and that Paradise (Heaven) is true, and that the Hellfire is true, God will eventually admit him into Paradise, according to his deeds.” (Saheeh Al-Bukhari)

The Prophet of God, may God praise him, also reported:

“Indeed God has forbidden to reside eternally in Hell the person who says: “I testify that none has the right to worship except Allah (God),’ seeking thereby the Face of God.” (Saheeh Al-Bukhari)

The Declaration of the Testimony (Shahada)

To convert to Islam and become a Muslim a person needs to pronounce the below testimony with conviction and understanding its meaning:

I testify “La ilah illa Allah, Muhammad rasoolu Allah.”

The translation of which is:

“I testify that there is no true god (deity) but God (Allah), and that Muhammad is a Messenger (Prophet) of God.”

To hear it click here or click on “Live Help” above for assistance by chat.

When someone pronounces the testimony with conviction, then he/she have become a Muslim. It can be done alone, but it is much better to be done with an adviser through the “Live Help” at top, so he may help you in pronouncing it right.

The first part of the testimony consists of the most important truth that God revealed to mankind: that there is nothing divine or worthy of being worshipped except for Almighty God. God states in the Holy Quran:

“We did not send the Messenger before you without revealing to him: ‘none has the right to be worshipped except I, therefore worship Me.’” (Quran 21:25)

This conveys that all forms of worship, whether it be praying, fasting, invoking, seeking refuge in, and offering an animal as sacrifice, must be directed to God and to God alone. Directing any form of worship to other than God (whether it be an angel, a messenger, Jesus, Muhammad, a saint, an idol, the sun, the moon, a tree) is seen as a contradiction to the fundamental message of Islam, and it is an unforgivable sin unless it is repented from before one dies. All forms of worship must be directed to God only.

Worship means the performance of deeds and sayings that please God, things which He commanded or encouraged to be performed, either by direct textual proof or by analogy. Thus, worship is not restricted to the implementation of the five pillars of Islam, but also includes every aspect of life. Providing food for one’s family, and saying something pleasant to cheer a person up are also considered acts of worship, if such is done with the intention of pleasing God. This means that, to be accepted, all acts of worship must be carried out sincerely for the Sake of God alone.

The second part of the testimony means that Prophet Muhammad is the servant and chosen messenger of God. This implies that one obeys and follows the commands of the Prophet. One must believe in what he has said, practice his teachings and avoid what he has forbidden. One must therefore worship God only according to his teaching alone, for all the teachings of the Prophet were in fact revelations and inspirations conveyed to him by God.

One must try to mold their lives and character and emulate the Prophet, as he was a living example for humans to follow. God says:

“And indeed you are upon a high standard of moral character.” (Quran 68:4)

God also said:

“And in deed you have a good and upright example in the Messenger of God, for those who hope in the meeting of God and the Hereafter, and mentions God much.” (Quran 33:21)

He was sent in order to practically implement the Quran, in his saying, deeds, legislation as well as all other facets of life. Aisha, the wife of the Prophet, when asked about the character of the Prophet, replied:

“His character was that of the Quran.” (As-Suyooti)

To truly adhere to the second part of the Shahada is to follow his example in all walks of life. God says:

“Say (O Muhammad to mankind): ‘If you (really) love God, then follow me.’” (Quran 3:31)

It also means that Muhammad is the Final Prophet and Messenger of God, and that no (true) Prophet can come after him.

“Muhammad is not the father of any man among you but he is the Messenger of God and the last (end) of the Prophets and God is Ever All-Aware of everything.” (Quran 33:40)

All who claim to be prophets or receive revelation after Muhammad are imposters, and to acknowledge them would be tantamount to disbelief.

We welcome you to Islam, congratulate you for your decision, and will try to help you in any way we can.

Sekolahku TK ABA Muhammadiyah Gunturgeni

Pada usia sekita 5 tahun aku mulai sekolah di TK ABA Muhammadiyah Gunturgeni. Pada saat itu guruku bernama ibu Surati, seorang guruku yang sampai sekarang sangat berkesan bagiku sampai saat ini. Aku terkesan karena kesabaran dan kasih sayangnya kepada para muridnya. Karena saking terkesan pada beliau dulu waktu kecil aku sering bermimpi, bahwa beliau datang ke rumahku sambil membawakanku buah-buahan atau permen.
Setiap ndaftar email baik di yahoo atau google, selalu aku isikan nama beliau atas pertanyaan "siapa guru anda pertama kali?"
Saat ini aku masih ingat betul pertanyaan kepada murid-murid, "siapa yang pakai minyak Ambri...? Maksudnya siapa yang ke sekolah masih pakai celana yang kena ompol tadi malam? Karena aku termasuk murid yang pakai celana basah terkena ompol tadi malam, maka aku tersipu malu.... nggak mau ngaku....
Jaman dulu hal biasa murid tk masih ngompol, dan dulu celana paling ngetrend pada usiaku adalah celana kolor warna coklat...
Sekarang aku sudah lupa berapa jumlah temanku di tk dulu, yang jelas saat itu aku berteman dengan Suradal, Jumakir, Sunaryo, Edy Haryanto, Suminten, Herni Kus, Subandi, Agus Sulaiman, Suharyanto, Sumardi, Supardi, Muh Darwis, Ari Iswanto, dan siapa ya khok lupa.....
Terima kasih bu Surati... atas jasa, kasih sayang dan kesabaran yang telah ibu berikan kepadaku.....

Sekelumit Masa Kecilku


Aku dilahirkan di desa Gunturgeni, Poncosari, Srandakan, Bantul, kurang lebih 21 Km sebelah selatan pusat kota Jogjakarta. Di sebelah selatan rumahku berjarak kurang lebih 7-8 km terbentang luas pantai selatan, dari barat ke timur pantai Pandan Simo, Patihan, Samas dan Parang Tritis.

Ayahku Radi Pawiradimejo (alm.) meninggal bulan September tahun 2000 lalu, ibuku Ijah Pawirodimeja dulu terkenal dengan profesi tukang pijat/urut sekarang telah berusia kurang lebih 80 tahun. Aku anak nomor 5 dari 6 bersaudara.
  • Kakakku Tugimin (alm.) meninggal bulan april tahun 2000 di Bojonegoro,
  • Kakaku Suparjiyo (alm.) meninggal bulan November tahun 1991 di Medan,
  • Kakaku Paijo, sekarang tinggal di Wonogiri,
  • Kakaku Samijem, sekarang tinggal di Pedak Trimurti Srandakan Bantul.
  • Aku sendiri (Suwarji), sekarang tinggal di Simo Boyolali
  • Adikku Ngatinah, tinggal di Gunturgeni menemani ibuku yang sudah sepuh.

16 August 2009

Dehidrasi Bikin Bioetanol 100%








DENGAN ZEOLIT ALAM, SIRAJUDDIN MUSTOFA MENINGKATKAN KADAR ETANOL 95% MENJADI 99,9-100% SEHINGGA SIAP MENGISI TANGKI MOBIL. HARGA SEKILO ZEOLIT ALAM HANYA RP3.000, JAUH LEBIH MURAH KETIMBANG ZEOLIT SINTETIS RP175.000. SELAMA INI PRODUSEN TAK MELIRIK ZEOLIT ALAM KARENA LUASAN PORI-PORI BERAGAM.

Dua tahun terakhir bioetanol naik daun sebagai bahan bakar kendaraan bermotor. Bioetanol adalah etanol yang diproduksi dari beragam bagian tanaman seperti umbi singkong, biji sorgum, atau molase alias limbah produksi gula tebu. Hasil penyulingan berbagai bahan itu hanya menghasilkan bioetanol berkadar maksimal 95-96%, artinya terdapat 5-4% air.

Padahal, salah satu syarat bioetanol menjadi bahan bakar harus berkadar minimal 99,6%. Jika dipaksakan mengisi tangki mobil, bioetanol berkadar kurang dari 99,6% itu merusak mesin kendaraan. Menurut Dr Muhammad Arif Yudiarto, periset bioetanol di Balai Pengkajian dan Penerapan Teknologi, meski produsen menyuling ulang bioetanol 95%, tetap saja kadar etanol tak meningkat.

Itu lantaran bioetanol bersifat azeotropi, fraksi uap air dan fraksi etanol sama besar, yakni 0,5. 'Walau dipanaskan sampai suhu berapa pun, kadar etanol tak akan meningkat,' kata Arif. Artinya, pada titik tertentu air sulit pergi dari bioetanol sehingga kadar etanol tetap 95%. Oleh karena itu biasanya produsen meningkatkan etanol dengan kapur gamping atau zeolit sintetis. Sebab, keduanya mampu mengikat air dalam bioetanol. Produsen merendam 1 kg kapur dalam 2 kg larutan bioetanol sehingga kadar etanol terkatrol.

Celakanya penggunaan kapur gamping atau zeolit sintetis mengakibatkan kehilangan hasil masing-masing 30% dan 20%. Sebagian bioetanol ikut terserap gamping atau zeolit sintetis dan sulit dikeluarkan lagi. Sudah begitu produsen sulit mencari zeolit sintetis karena masih impor. 'Kita tak bisa membeli sekilo atau dua kilo zeolit sintetis. Minimal 400 kg,' kata Arif.
Bakar karbon

Kondisi itu mendorong Sirajuddin Mustofa, produsen bioetanol di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, memanfaatkan zeolit alam. Alasannya sederhana, zeolit alam murah dan mudah diperoleh. Kelemahan zeolit alam yang mengandung silikat alumina, luas pori-pori beragam: dari 2 hingga 10 A (amstrong). Sedangkan luas pori-pori zeolit sintetis seragam, 3 A setara 0,3 nanometer.

Sirajuddin yang dibantu Hadi Suratno mengayak zeolit alam dengan ukuran 60 mesh. Hasil pengayakan pertama hanya 70%. Sirajuddin mengayak ulang zeolit itu dengan ukuran 80 mesh. Ia memperoleh hasil 40%. Untuk memperlancar proses penyerapan air, Sirajuddin mengkalsinasi atau membakar zeolit alam. MenurutM Rosjidi MS, ahli zeolit dari Balai Pengkajian dan Penerapan Teknologi, zeolit mengandung karbon organik.

'Karbon perlu dihilangkan untuk meningkatkan porositas zeolit alam,' ujar alumnus University of Swansea, Inggris, itu. Untuk menghilangkan karbon perlu pembakaran pada suhu 300oC selama 1-2 jam. Pembakaran bertujuan menghilang-kan karbon organik. Zeolit alam yang semula kehijauan berubah warna menjadi cokelat muda. Sirajuddin lantas mengaktivasi zeolit alam. Caranya dengan merendam zeolit alam dalam larutan asam sulfat selama 3 jam. Aktivasi itu bertujuan untuk meningkatkan kemampuan zeolit alam menarik air.

Menurut Rosjidi asam sulfat digunakan dengan konsentrasi sangat rendah. Zeolit alam kemudian direndam dalam air selama 2 jam untuk membersihkan asam sulfat. Sirajuddin mengeringkan zeolit pada suhu 200oC hingga siap digunakan. Menurut Sirajuddin total jenderal biaya produksi zeolit alam mencapai Rp3.000 per kg. Itu jauh lebih murah ketimbang zeolit sintetis yang mencapai Rp175.000; batu gamping Rp35.000.
Pintu kecil

Dalam penggunaan sederhana, 1 kg zeolit alam direndam dalam 2 liter bioetanol. Menurut Arif Yudiarto ukuran bioetanol mencapai 4 A; air, 0,28 A. Zeolit yang berukuran 3 A hanya menarik air yang ukurannya jauh lebih kecil. Mekanisme penyerapan air diilustrasikan seperti ini. Bioetanol 95%-di dalamnya ada etanol dan air-adalah tamu. Sedangkan zeolit alam adalah pintu rumah.

Karena ukuran 'tubuh' bioetanol lebih besar ketimbang 'pintu' zeolit, maka etanol tak dapat memasukinya. Adapun air yang berukuran lebih kecil, mampu memasuki 'pintu' zeolit. Singkat kata, zeolit alam hanya mempersilakan masuk air lantaran ukurannya lebih kecil. Usai digunakan zeolit alam dapat dipakai ulang setelah dikeringkan. Dengan pengeringan, air yang terserap pun keluar.

Namun, menurut Sirajuddin sistem perendaman tak efisien untuk skala industri rumah tangga. Sebab, waktunya relatif lama: 12 jam. Oleh karena itu pria kelahiran Makassar 7 Januari 1954 itu mendesain mesin dehidrasi yang bekerja cepat, cuma sejam. Prinsipnya seperti orang dehidrasi yang kehilangan air. Mesin dehidrasi dilengkapi zeolit alam yang menarik air dari bioetanol.

Dampaknya bioetanol berkadar 95% mengalami 'dehidrasi' alias kehilangan air sehingga kadar etanol melambung hingga 99,5-100%. Desain mesin berbahan besi nirkarat itu relatif sederhana. Di bagian bawah terdapat tangki penampung bioetanol 95%. Kapasitas tangki 20 kg. Bioetanol dipanaskan dengan gas hingga suhu 95oC. Akibat pemanasan, etanol dan air menguap melewati sebuah kolom.

Di kolom itu terdapat 20 kg butiran zeolit alam. Uap air panas tertangkap zeolit, sedangkan etanol lolos dari 'pintu' zeolit hingga menetes. Karena air tertangkap, kadar etanol pun meningkat hingga 99-100%. Menurut Rosjidi, zeolit alam lebih mudah menangkap uap air panas ketimbang air (dalam sistem perendaman). Sebab, uap panas bersifat jenuh disertai tekanan, sedangkan air bersifat kapiler.
Awet

Ketimbang zeolit sintetis, zeolit alam lebih awet. Sirajuddin membuktikan hingga 3 Maret 2009, ia sudah 15 kali menggunakan zeolit alam yang sama secara berulang-ulang untuk menyerap air. Meski digunakan berkali-kali, kondisi zeolit dan biotenol yang dihasilkan tetap bagus. Sedangkan, zeolit sintetis digunakan 3 kali saja sudah pecah.

Keistimewaan lain, dengan zeolit alam tingkat kehilangan bioetanol hanya 5-12%. Itu jauh lebih kecil ketimbang tingkat kehilangan dengan zeolit sintetis yang mencapai 20%. Toh, kehilangan yang 12% itu bisa diambil lagi dengan pemanasan pada suhu 150-200oC. Akibat pemanasan, terjadi penguapan dan kondensasi sehingga bioetanol yang terjebak dalam zeolit bakal keluar.

Selain itu zeolit alam mampu menangkap minyak fusel dalam bioetanol. Minyak fusel terbentuk saat fermentasi bahan baku bioetanol. Dalam fermentasi, ragi Saccharomyces cerevisiae bukan hanya membentuk glukosa. Ia juga mengeluarkan enzim zymase yang mengubah metanol menjadi minyak fusel. Minyak fusel yang kadarnya amat kecil dalam bioetanol biasanya licin dan membuat mesin korosif. Kemampuan menangkap minyak fusel karena luas pori-pori sebagian zeolit alam lebih besar daripada 4A. (Sardi Duryatmo)

Teknik Pemurnian Etanol

Untuk mengisi bahan bakar motor kesayangannya, Solikin perlu waktu 30 menit menempuh jarak 10 km dari kediaman di Desa Kajar, Kecamatan Trangkil, Kabupaten Pati. Padahal, pria 37 tahun itu pengolah molases jadi bioetanol. Mestinya Solikin bisa memenuhi sendiri kebutuhan bensin jika kemurnian bioetanol yang dihasilkan mencapai 99,5%: syarat layak pakai sebagai bahan bakar motor.
Bandingkan dengan Indra Gunawan di Cilegon, Provinsi Banten. Setiap 7 hari, pria 35 tahun itu memasukkan 3,5 liter bioetanol hasil olahan dari tetes tebu alias molase ke dalam tangki motor Yamaha. Berbekal isi tangki itu, Indra berkeliling dari kediamannya ke kantor selama seminggu tanpa mesti mampir ke pom bensin.

‘Bioetanol memang potensial dimanfaatkan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor,’ ujar Agus Purnomo, ketua Asosiasi Bioetanol Indonesia. Syaratnya, etanol alami itu mesti berkadar kemurnian 99,5%. Syarat itu mutlak karena jika berkadar di bawah 90%, mesin tidak bisa menyala karena kandungan airnya terlampau tinggi.

Sebetulnya bioetanol berkadar kemurnian 95% masih layak dimanfaatkan sebagai bahan bakar motor. Hanya saja, dengan kadar kemurnian itu perlu penambahan zat antikorosif pada tangki bahan bakar agar tidak menimbulkan karat. Sayangnya, saat ini banyak produsen yang menghasilkan bioetanol dengan kemurnian di bawah 95-99%.

Batu gamping

Menurut Muhammad Arif Yudiarto, kepala Bidang Teknologi Etanol dan Derivatif di Balai Besar Teknologi Pati, memurnikan bioetanol bisa dengan dua cara, yaitu kimia dan fisika. Cara kimia dengan menggunakan batu gamping. Sedangkan cara fisika ditempuh dengan proses penyerapan menggunakan zeolit sintetis. Cara kimia cocok diaplikasikan bagi produsen bioetanol skala rumahan seperti Solikin dan Indra. Selain caranya sederhana, biayanya pun relatif murah. Harga sekilo gamping Rp35.000.

Batu gamping adalah batu yang terbuat dari pengendapan cangkang kerang dan siput, foraminifera atau ganggang. Batu itu berwarna putih susu, abu-abu muda, abu-abu tua, cokelat, atau hitam, tergantung keberadaan mineral pengotornya. Mineral karbonat yang umum ditemukan berasosiasi dengan kapur adalah aragonit. Ia merupakan mineral metastable karena pada kurun waktu tertentu dapat berubah menjadi kalsit. Mineral lainnya siderit, ankarerit, dan magnesit, tapi ketiganya berjumlah sangat sedikit.

Batu gamping bersifat higroskopis, artinya mempunyai kemampuan untuk menyerap air. Karena itulah ia mampu mengurangi kadar air dalam bioetanol. Menurut Soekaeni SE, produsen bioetanol di Sukabumi, Jawa Barat, sebelum digunakan sebaiknya batu gamping ditumbuk hingga jadi tepung agar penyerapan air lebih cepat. Perbandingannya untuk 7 liter bioetanol diperlukan 2-3 kg batu gamping. Campuran itu didiamkan selama 24 jam sambil sesekali diaduk. Selanjutnya, campuran diuapkan dan diembunkan menjadi cair kembali sebagai etanol berkadar 99% atau lebih. Bioetanol inilah yang bisa dicampur dengan bensin atau digunakan murni.

Walaupun prosesnya sangat mudah, tapi penggunaan batu gamping memiliki beberapa kelemahan. Di antaranya jumlah etanol yang hilang sangat tinggi, mencapai 30%. Menurut Soekaeni hal itu terjadi karena selain menyerap air, gamping juga menyerap alkohol. ‘Nah, alkohol itu tidak dapat keluar karena terikat pada pori-pori gamping. Akibatnya etanol pun hilang sampai 30%,’ tambah pensiunan PT Telkom itu.

Zeolit sintetis

Alternatif lain, pemurnian bioetanol dengan zeolit sintetis. Proses pemurnian itu menggunakan prinsip penyerapan permukaan. Zeolit adalah mineral yang memiliki pori-pori berukuran sangat kecil. Sampai saat ini ada lebih dari 150 jenis zeolit sintetis. Di alam, zeolit terbentuk dari abu lahar dan materi letusan gunung berapi. Zeolit juga bisa terbentuk dari materi dasar laut yang terkumpul selama ribuan tahun.

Zeolit sintetis berbeda dengan zeolit alam. Zeolit sintetis terbentuk setelah melalui rangkaian proses kimia. Namun, baik zeolit sintetis maupun zeolit alam berbahan dasar kelompok alumunium silikat yang terhidrasi logam alkali dan alkali tanah (terutama Na dan Ca). Struktur zeolit berbentuk seperti sarang lebah dan bersifat negatif. Sifat pori-porinya yang negatif bisa dinetralkan dengan penambahan ion positif seperti sodium.

Kedua zeolit itu sama-sama memiliki kemampuan menyerap air. Pada zeolit alam, air yang sudah terserap perlahan-lahan dilepaskan kembali; zeolit sintetis, air akan terikat kuat. Zeolit sintetis yang paling sederhana adalah zeolit A. Artinya, perbandingan antara molekul silika, alumina, dan sodium adalah 1:1:1. ‘Untuk pemurnian bioetanol, sebaiknya digunakan zeolit sintetis 3A,’ kata Arif. Maksudnya zeolit yang berukuran 3 angstrom (1 angstrom = 1,0 x10-10 m red). Dibandingkan zeolit alam dan sintetis lainnya, zeolit sintetis 3A memiliki beberapa keunggulan. Di antaranya ruang terbuka pada pori-porinya mencapai 47% lebih banyak, memiliki kemampuan untuk menukar molekul sodium, dan mampu mengikat air.

Mengapa zeolit sintetis bisa menyerap dan mengikat air? Itu karena partikel air lebih kecil daripada partikel etanol. Partikel air berukuran 3 angstrom sehingga dapat diserap zeolit. Sedangkan partikel etanol berukuran lebih besar 4,4 angstrom sehingga tidak bisa diserap oleh zeolit. Karena itu ketika etanol 95% dilewatkan pada sebuah tabung berisi zeolit, kadar etanol bisa meningkat karena airnya diikat oleh zeolit. Proses itu terjadi karena pori-pori zeolit bersifat molecular shieves. Artinya, molekul zeolit hanya bisa dilalui oleh partikel-partikel berukuran tertentu. Karena itulah proses pemurnian bioetanol dengan zeolit sintetis dinamakan juga proses molecular shieves.

Penggunaan zeolit sintetis memiliki beberapa kelebihan dibandingkan batu gamping. ‘Waktu yang dibutuhkan lebih pendek, hanya 12 jam,’ kata Soekaeni. Selain itu, etanol yang hilang pun hanya 10%. Sayang, harganya jauh lebih mahal ketimbang batu gamping, Rp100.000/kg. Selain itu, zeolit sintetis belum diproduksi di Indonesia. Karena itu, penggunaan zeolit sintetis lebih cocok untuk perusahaan besar. (Lani Marliani/Peliput: Andretha Helmina & Imam Wiguna)

Sumber : Majalah Trubus

15 August 2009

TEKHNOLOGI MEMBRANE UNTUK MEMURNIKAN ETHANOL

Teknologi Membran ternyata mampu memurnikan ethanol hingga 99,8%

food_membrane_fig31

Kabar gembira untuk para investor ethanol yang ada di Indonesia. Pemurnian ethanol yang selama ini menggunakan teknologi distilasi yang cukup rumit dan memakan biaya produksi yang tinggi kini dapat digantikan dengan sebuah alat mungil yang disebut sebagai membran pervaporasi.
Adalah Dr I Gede Wenten MSc, dosen Teknologi Kimia Institut Teknologi Bandung yang merupakan salah satu Ahli Teknologi Membran, memanfaatkan polivinilalkohol dan kitosan sebagai bahan baku membran. Keduanya bersifat hidrofilik alias tidak menyerap air sehingga selektif terhadap air dan tidak mudah mengembang. Yang digunakan adalah membran tidak berpori sehingga hanya uap air yang mampu melewatinya, sedangkan larutan etanol ditolak oleh membran.Metode yang digunakan bernama pervaporasi.
Cara ini dapat memisahkan semua campuran uap-cair dengan berbagai konsentrasi,’ kata peraih Suttle Award, penghargaan tertinggi dari Filtration Society di London, Inggris. Sepintas terlihat seperti filtrasi dengan membran. Sebab, pervaporasi merupakan proses pemisahan suatu campuran dengan perubahan bentuk dari cair menjadi uap pada sisi membran. Letak perbedaannya, teknik pemisahan berbasis membran ini bekerja berdasarkan mekanisme difusi larutan.Begini cara kerjanya. Bioetanol berkadar 95% dipanaskan pada suhu 75oC sehingga air dalam bioetanol berubah menjadi uap air.
Dengan tekanan 5 bar vakum, etanol dan uap air masuk ke membran berkecepatan 1,5 x 10-4m/s. Di dalam membran filtrasi, dua zat yang berbeda fasa itu mengalami difusi alias perpindahan zat dari konsentrasi tinggi ke rendah.Dalam teknik pervaporasi ini uap air akan melewati membran. Sedangkan bioetanol ditolak karena membran tidak berpori. Pori itu diibaratkan pintu, Nah, karena membran tak berpori, terowongan itu tanpa pintu keluar. Dampaknya bioethanol tak dapat melewatinya. Hanya gas yang bisa menerobos. Selektivitas dan laju pemisahan pervaporasi sangat bergantung pada karakteristik membran, konfigurasi modul, dan desain proses. Itu artinya jenis membran yang digunakan mesti berkarakter mampu menyeleksi gas dan etanol yang masuk.

14 August 2009

VIDEO

ETHANOL FROM PAPER COPY WASTE





Japanese Research Group Succeeds in Catalyst-Free Biodiesel Production Test

A Japanese research group announced that it has succeeded in the world's first pilot-scale production of biodiesel fuel (BDF) using a non-catalytic superheated methanol vapor method. The research group consists of the National Food Research Institute of the National Agriculture and Food Research Organization, the University of Tokyo, the University of Shiga Prefecture and Kajima Corp.

BDF is produced by the processes of extracting fatty acids from oil molecules, reacting them with methanol and thus converting fatty acids to fatty acid methyl ester (FAME). Currently, the widely used method to produce BDF is the alkaline catalyzed method that uses an alkaline catalyst such as caustic soda to accelerate the reaction. This method, however, requires a complex production process and generates wastewater to be treated. Therefore it has disadvantages in terms of cost and environmental friendliness.

With the new method, announced on December 12, 2008, it is possible to produce FAME through the reaction of heated raw oil with high-temperature methanol vapor at near-atmospheric pressure without the use of a catalyst. This makes the production process simple and minimizes the discharge of wastewater, while generating highly pure glycerol which is recovered as a by-product.

The group has confirmed the production of 425 liters per day of FAME from waste oil containing mainly palm oil in a pilot plant which has a continuous production capacity of more than 400 liters of BDF from 500 liters per day of raw oil material. They will continue to collect data in the plant with an aim of commercializing the method.

- The National Agriculture and Food Research Organization (NARO) official website
http://www.naro.affrc.go.jp/index_en.html

Asahi First Brewery in Japan to Produce Beer with Green Power

JFS/Asahi green mark
Copyright Asahi Breweries, Ltd.


Asahi Breweries, Ltd., a major Japanese brewer, announced on April 16, 2009, a plan to manufacture its main product -- Asahi Super Dry Beer (350 ml size) --and other beers included in gift sets using power from green sources such as wind and biomass energy. This is the first time in the Japanese food industry that a manufacturer uses green electricity to produce products in-house.

The company entered into a contract with Japan Natural Energy Co. to purchase 40 million kilowatts of renewable energy per year. This is the largest green power purchase contract so far in the Japanese food industry. Under the contract, the company expects to reduce its emissions by about 18,000 tons of carbon dioxide (CO2), which is equivalent to the annual emissions of 4,500 households.

Asahi Breweries plans to print the Green Energy Mark logo on applicable products from all nine of its breweries in late May 2009 as proof of its green power usage. The company is going to switch half of its total electricity consumption, usually produced from non-renewable energy supplied by power utilities, over to green-sourced power, and also generate the other half of electricity with its private-power facilities using natural gas.

Asahi Breweries, Ltd. official website
http://www.asahibeer.co.jp/english/index.html

Tokyo Gas Halves CO2 Emissions in World's First Hydrogen Production Technology

Tokyo Gas Co. verified on March 12, 2009, that the company succeeded in halving carbon dioxide (CO2) emissions while maintaining a production efficiency of about 80 percent, which is the world's top efficiency level in hydrogen production from fossil fuel. This technology has high feasibility in the process of producing hydrogen with low CO2 emissions by utilizing the existing city gas pipelines.

Tokyo Gas is working to develop and verify highly-efficient hydrogen production equipment for hydrogen stations for fuel cell vehicles. Connecting the equipment to a CO2 separation and collection device, since November 2008 the company had been conducting the world's first demonstration test of CO2 separation and collection in the hydrogen production process.

Utilizing this technology for the future, the company is planning to establish a "Local Hydrogen Network" to achieve further CO2 reductions by providing the hydrogen focused on the hydrogen stations and using highly-efficient fuel cells. The company also aims to realize a low-carbon society in the future by expanding the utilization of hydrogen.

Tokyo Gas Co. official website
http://www.tokyo-gas.co.jp/index_e.html

Newly Discovered Microbe Allows Treatment of Toxic Melamine Waste

Japan's National Institute for Agro-Environment Sciences (NIAES) and Kowa Co., a major Japanese pharmaceutical company, announced on March 27, 2009, that they had discovered a new soil microorganism that efficiently decomposes melamine. While it is a widely used industrial chemical mass-produced to make resins and finishes, it is feared that exposure to melamine may cause serious health problems.

In recent years, recycling of industrial waste from factories has been promoted to establish a recycling-oriented society. In industrial waste containing paint, however, a lot of melamine still remains, so it is essential to completely decompose the hazardous melamine and cyanuric acid, a byproduct of the hydrolysis of melamine, in order to neutralize and recycle the waste.

The newly discovered bacterium decomposes melamine into cyanuric acid, which is then completely decomposed using a simazine-degrading bacterium possessed by NIAES.

The combination of these two steps is expected to underlie the development of technologies to decontaminate and bioremediate the environment if polluted by melamine and cyanuric acid, and to promote the recycling of industrial waste containing melamine.

National Institute for Agro-Environment Sciences official website
http://www.niaes.affrc.go.jp/index_e.html

Biooil : Bahan Bakar Terbarukan dan Bahan Industri Kimia dari Biomassa




Biooil adalah cairan kental berwarna kehitaman yang memiliki unsur penyusun yang sama seperti biomassa. Biooil tidak seperti persepsi minyak yang kita pahami pada umumnya, tetapi biooil terbuat dari berbagai senyawa oksigenat organik yang berbeda-beda dan tidak bercampur dengan bahan bakar minyak. Hal ini karena tingginya kadar air sekitar 15-20% yang berfungsi juga sebagai pengikat rausan molekul yang berbeda yang oleh para ilmuwan disebut sebagai emulsi mikro. Crude bio-oil dapat digunakan pemanas rumah tangga dan pembangkit listrik untuk skala besar ataupun dimurnikan untuk menjadi bahan bakar yang lebih efisien dan berbagai kebutuhan industri kimia. Seperti halnya petroleum fuel, bio-oil dapat dimurnikan dan dibentuk menjadi berbagai bahan bakar dan bahan kimia.

Bio-oil diproduksi dari reaksi yang yang disebut pirolisis, yang mendekomposisi suatu bahan dengan aplikasi panas dan hampa udara. Untuk membuat bio-oil, biomassa dikenai proses pirolisis cepat (fast pyrolisis) yakni dipanaskan pada suhu tinggi dengan waktu sangat singkat. Selama pirolisis biomassa tersebut akan terdekomposisi menjadi arang, aerosol dan uap air. Setelah didinginkan dan diembunkan segera, maka akan tampak adanya bahan bakar bio-oil tersebut. Jika proses ini dilakukan dengan sukses maka akan dihasilkan tiga fase produk yakni padat, cair dan gas. Tidak ada hal yang baru dalam pirolisis. Pirolisis lambat dengan suhu rendah telah dilakukan selama berabad-abad dan dikenal pada proses pembuatan arang. Sedangkan pirolisis cepat (fast pyrolisis) baru dikenal dan dijalankan oleh sejumlah scientist sekitar tigapukuh tahun yang lalu dan dipelajari mekanismenya dan untuk menemukan proporsi yang sesuai antara produk cair, padat dan gas. Dengan mempercepat pemanasan dan mencapai suhu 500 C dalam beberapa detik, kita dapat memaksimalkan phase cairannya bahkan sampai dengan 75% biooil dibandingkan dengan bahan baku yang diumpankan.

Bio-oil adalah sumber energi alternatif yang menarik untuk sejumlah alasan tertentu. Khususnya bahan bakar ini merupakan energi terbarukan dan diproduksi dari bahan baku yang dikategorikan sebagai limbah. Penggunaan sederhana crude biooil adalah untuk bahan bakar rumah tangga di tungku dan boiler dengan sedikit modifikasi. Penggunaan lebih lanjut dari biooil untuk berbagai aplikasi terbuka lebar. Sebagai contoh biooil dapat diupgrade dan menggantikan bahan bakar diesel melalui hidrogenasi dan memecah senyawa speesifiknya untuk dijual ke sejumlah industri. Penambah citarasa, pupuk organik dan aditif bahan bakar dapar diproduksi dari bio-oil. Energi yang dihasilkan dari biooil juga lebih bersih dari bahan bakar fossil. Hal ini antara lain selama pembakaran dalam turbin gas, biooil mengeluarkan 50 persen nitrogen oksida lebih sedikit. Baik sebagai energi maupun sebagai sumber bahan kimia, bio-oil adalah bahan bakar terbarukan paling serbaguna dari biomassa.